Minggu, 06 Maret 2011

FILSAFAT PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Teori dan praktek pendidikan mengisyaratkan ide tentang sifat dasar manusia dan hakikat dari kenyataan yang pada akhirnya merupakan ciri khas dari filsafat. Pendidikan tidak hanya mengisyaratkan metafisis tetapi juga mengisyaratkan ide atau pemikiran tentang hakikat dari pengetahuan dan hakikat nilai. Pengetahuan merupakan kumpulan prinsip-prinsip yang sangat penting bagi pendidik. Pendidik terutama diasyikkan dengan perkembangan intelektual dari siswanya. Ketika dikaitkan dengan kesehatan fisik siswa dan kestabilan emosinya, guru harus mendasarkan setiap keputusannya pada pengetahuan yang dapat dipercaya. Oleh karena itu sangatlah penting bagi guru untuk memikirkan bahwa pada akhirnya secara filosopi, pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting. Cabang filsafat yang menguraikan tentang pengetahuan disebut dengan epistemologi. Ahli filsafat sebagai epistimologis memberikan gambaran tentang hakekat pengetahuan. Apa itu pengetahuan? aktivitas apa saja yang biasanya dilibatkan dalam pengetahuan? apa perbedaan antara pengetahuan, perkataan dan keyakinan? dapatkan kita memperoleh informasi diluar informasi yang dapat disajikan oleh pikiran sehat atau indera kita? apa hubungan antara aktivitas pengetahuan dengan sesuatu yang telah diketahui sebelumnya ? bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa pengetahuan itu adalah benar? Tidak seperti scientis, epistimologi lebih diperhatikan pada konsep daripada kenyataan. Tugas dari ahli psikologi sebagai contoh untuk menemukan bagaimana seseorang itu dapat berpikir dan merasakan secara kejiwaannya. Sedangkan Tugas dari ahli epistimologi adalah untuk memikirkan apakah arti dari konsep-konsep psikologi seperti merasakan, persepsi, pembelajaran, penguatan dan juga memutuskan apakah ahli psikologi menerapkan semua itu dengan baik. Jika ahli psikologi tidak menerapkan semua itu, maka mereka akan kehilangan gambaran dari kenyataan. Dari point yang telah digambarkan dari seorang pendidik, satu hal yang paling penting adalah dalam epistemologi adalah adanya perbedaan tipe dari pengetahuan.

1

Setiap bangsa mewarisi nilai sosio-budaya (nasional) sebagai bagian dari budaya dan peradaban universal. Pemikiran awal dan fundamental umat manusia berwujud nilai filsafat. Makna istilah ini terbentuk dari bahasa Yunani: filos = friend, love; dan sophia = learning, wisdom. Jadi, filsafat bermakna orang yang bersahabat, dan mencintai ilmu pengetahuan akan bersikap arif bijaksana.

Filsafat bermakna juga sebagai pemikiran fundamental dan monumental manusia untuk mencari kebenaran hakiki(hikmat, kebijaksanaan); karenanya kebenaran ini diakui sebagai nilai kebenaran terbaik, yang dijadikan pandangan hidup (filsafat hidup, Weltanschauung). Berbagai tokoh filosof dari berbagai bangsa menemukan dan merumuskan sistem filsafatsebagai ajaran terbaik mereka; yang dapat berbeda antar ajaran filosof. Karena itulah berkembang berbagai aliran filsafat: materialisme, idealisme, spiritualisme; realisme…. dan berbagai aliran modern: rasionalisme, humanisme, individualisme, liberalisme-kapitalisme; marxisme-komunisme; sosialisme.

Makna filsafat sebagai pemikiran fundamental dan tertinggi manusia, terutama mencari kebenaran hakiki dan universal; yang dijadikannya pandangan hidup(filsafat hidup, Weltanschauung), sekaligus sebagai filsafat negara(ideologi negara).

Mulai purbakala pemikiran filsafat dirintis dan dikembangkan terutama di Tumur Tengah, sekitar 6000 - 1000 sM; juga di India dan Cina sekitar 3000 - 1000 sM. Sedangkan di Eropa (Yunani), baru berkembang sekitar 650 sM; yang diakui sebagai sumber dan fundamen pengembangan ipteks modern.

Pemikiran filsafat di Timur Tengah diakui peradaban sebagai sinergis dengan nilai Ketuhanan-keagamaan; karena semua Nabi dan Rasul yang membawa agama supranatural(agama langit: Yahudi, Kristen dan Islam) semua berpusat di Timur Tengah. Sesungguhnya, ajaran filsafat religious (theisme-religious) di Timur Tengah juga berkembang dari paham filsafat theocratismedengan berbagai variasi; seperti: kaisar Mesir (Firaun) mengangkat dirinya sebagai Tuhan; sebagaimana juga kaisar Jepang percaya bahwa mereka adalah keturunan Dewa Matahari.Sedemikian luhur dan fundamental nilai kebenaran sistem filsafat theisme religuious memancar laksana matahari (moral) peradaban umat manusia.

2

Abad demi abad, sampai abad kebangkitan (renaisance) awal abad XVI pemikiran filsafat memuncak, dengan berkembangnya ajaran filsafat: materialisme, sekularisme, atheisme; juga ajaran nihilisme….sampai neo-moralisme berwujud free love, dan free sex. Antar mereka berkompetisi merebut supremasi dan dominasi di dunia modern, melalui media: ideologi politik, sistem ekonomi, ipteks dan sistem budaya termasuk kepemimpinan dan managemen.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dalam tugas terstruktur individu ini, penyusun yang membahas mengenai masalah pentingnya filsafat pendidikan bagi pendidikan di Indonesia, didapatkan rumusan masalah yang akan dibahas dalam analisis permasalahan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

Bagaimana pentingnya filsafat pendidikan bagi pendidikan di Indonesia “

C. TUJUAN

Adapun tujuan dibuatnya makalah yang membahas tentang pentingnya filsafat pendidikan bagi pendidikan di Indonesia:

1. Menjawab pertanyaan “ Apakah yang dimaksud dengan teori pendidikan dan filsafat pendidikan ? “

2. Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia tentang permasalahan pendidikan di Indonesia.

3. Untuk mengetahui sejauh mana teori-teori pendidikan dapat atau telah tumbuh sebagai ilmu.

D. MANFAAT

A. Bagi Penulis

Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas terstruktur dari mata kuliah Pengantar Filsafat Pendidikan.

3

B Bagi pihak lain

Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan pentingnya filsafat pendidikan bagi pendidikan di Indonesia

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI PENDIDIKAN DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

I. Teori Pendidikan

Teori pendidikan perlu kita pelajari, karena yang kita hadapi adalah manusia. Menyangkut harkat, martabat manusia, serta hak asasinya. Perbuatan mendidik merupakan perbuatan yang harus betul-betul disadarinya dalam rangka membimbing anak kepada satu tujuan yang akan dicapai.Kita perlu memahami teori pendidikan, karena dengan teori tersebut akan memberikan manfaat yaitu :

1). Memberi arah serta tujuan yang akan dicapai.

2). Untuk memperkecil kesalahan dalam praktek, atas dasar teori pendidikan, kita dapat mengetahui mana yang boleh dikerjakan dan yang tidak.

3).Berfungsi sebagai tolak ukur, sejauh mana keberhasilan kita dalam melaksanakan tugas dalam pendidikan itu.


Antara teori dan praktek pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yang memiliki hubungan komplementer, yang saling mengisi satu sama lainnya. Praktek pendidikan seperti pelaksanaan pendidikan di sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat, dll. Yang dapat dijadikan sumber dalam penyusunan suatu teori pendidikan. Teori pendidikan dapat juga dijadikan sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan praktek pendidikan.

Setiap orang telah memahami berbagai teori pendidikan namun tidak boleh menganggap bahwa ia telah memiliki resep untuk menjalankan tugas dalam pendidikan. Karena dalam pendidikan tidak dikenal suatu resep. Yang paling utama dalam pendidikan adalah kepribadian dan kreatifitas pendidikan.

5

Hal ini dikemukakan oleh Prof. Sikun Pribadi dalam bukunya “Landasan Pendidikan” yaitu :

“ Pendidikan tidak dapat dan tidak boleh dikemukakan dalam bentuk resep atau aturan yang tetap untuk dijalankan. Yang penting bukan resepnya, melainkan kepribadian dan kreatifitas pendidik sendiri. Pendidikan (walaupun harus didukung oleh ilmu pendidikan) dalam pelaksanaannya lebih merupakan seni dari pada teori “.
Karena itulah setiap tindakan dalam pendidikan, tidak dengan sendirinya begitu saja tapi dapat menerapkan teori yang ada. Dalam prakteknya kita harus memperhatikan anak itu sendiri, kepribadian pendidik, situasi dan kondisi lingkungan dan tujuan yang akan kita capai.
Prof. Lavangeld seorang ahli pendidikan dari Belanda mengemukakan batasan pendidikan, bahwa “ Pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan ”.
Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan yaitu :

1). Bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup (live long education).
Berarti bahwa usaha pendidikan adalah sudah dimulai sejak manusia lahir sampai tutup usia.

2). Bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

3). Bagi manusia pendidikan itu merupakan suatu keharusan kepribadian karena pendidikan bagi manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang.

II. Filsafat Pendidikan


1). Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, dari kata philosophia kemudian banyak diperoleh pengertian filsafat. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, filsafat berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari dua kata Phileian dalam arti cinta dan Shopus dalam arti hikmat (wisdom).

6

Dalam pengertian secara etimologi itu, ia memberikan definisi filsafat sebagai berikut :

- Pengetahuan tentang hikmah

- Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar

- Mencari kebenaran

- Membahas dasar-dasar dari apa yang di bahas

Filsafat ialah berfikir menurut tata tertib (logi) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar-dasar persoalannya. Beberapa pengertian filsafat menurut beberapa ahli antara lain :

1). Plato, mengatakan bahwa filsafat tidak lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada.

2). Aristoteles, berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.

3). Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan.

Dalam bukunya Plato menggambarkan bahwa para filosof adalah mereka yang mencari kebenaran mutlak, kekal, dan yang abadi. Mereka mencari kebenaran dalam segala hal. Oleh karena itu Plato menggolongkan suatu ilmu kedalam suatu perpaduan (sintese) setengah agama

2). Analisa Filsafat dan Masalah Kependidikan


Bagaimanapun sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiaannya.

7

Dan pendidikan formal disekolah hanyalah bagian kecil saja dari padanya, tapi merupakan inti dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhan. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan tidak mungkin di jawab dengan menggunakan analisa dan pemikiran yang mendalam yaitu analisa filsafat.
Contoh beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkan masalah :

“ Masalah kependidikan pertama dan yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia. Dan apa pula hakikat manusia itu, dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia.”Problem-problem tersebut, merupakan sebagian dari contoh problematika pendidikan yang dalam pemecahannya memerlukan usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis atau analisa filsafat, filsafat dalam memecahkan tersebut menggunakan pendekatan yang sesuai permasalahannya

3). Pendekatan Filsafat Pendidikan


Ada 2 pendekatan fisafat pendidikan yaitu :

1). Menggunakan pendekatan tradisional.yang menggunakan untuk pemecahan problem hidup dan kehidupan manusia sepanjang perkembangannya

2). Menggunakan pendekatan yang bersifat kritis.Digunakan untuk memecahkan problematika pendidikan masa kini

Para pakar pendidikan mengemukakan pendapat mereka antara lain :Dr.Yahya Qahar ia menyoroti dan memberikan pandangan tentang :

a. Nilai-nilai yang seharusnya menjadi dasar pendidikan dan pandangan hidup.

b. Pandangan tentang manusia yang dididik

8

c. Tujuan pendidikan

d.Disusun dan praktek pendidikan (teori pendidikan)

e. Badan pendidikan

4). Manfaat Mempelajari Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan sangat bermanfaat bagi pelaksanaan pendidikan, menurut Saifullah H.A (1983) : 140) manfaat mempelajari filsafat adalah:

(a). Memberikan kesempatan kepada setiap guru untuk membiasakan diri mengadakan perenungan mendalam atau berteori.

(b). Membiasakan para pendidik atau guru agar mengutamakan berfikir kritis dan reflektif.

c). Memberikan kesempatan kepada guru untuk berusaha meninjau kembali pandangan dasar-dasar filsafat pendidikan.

(d). Memberikan pengertian yang mendalam tentang problema esensial dan dasar-dasar pertimbangan mana yang harus digunakan dalam menyelesaikan problema pendidikan.

B. PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Allah Yang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.
Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar

9

oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Dalam tujuan Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan ditujukan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No. 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.

Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990. Selain pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan juga diperuntukkan guna pembinaan masyarakat.

Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.Filsafat dalam pendidikan (filsafat pendidikan) digunakan untuk memecahkan problem hidup dan kehidupan manusia sepanjang perkembangannya dan digunakan untuk memecahkan problematika pendidikan masa kini.

Beberapa masalah pendidikan yang memerlukan filsafat, yaitu :
1. Masalah pertama dan yang mendasar ialah tentang hakikat pendidikan.
Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia. Adalah merupakan hakikat hidup dan kehidupan.
Apakah hakikat manusia itu dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia?

10

2. Apakah pendidikan itu berguna untuk membina kepribadian manusia?Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian manusia?Apakah ada faktor yang dari luar dan lingkungan, tetapi tidak berkembang dengan baik?

3. Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu?Apakah pendidikan itu untuk individu atau untuk kepentingan masyarakat?Apakah pembinaan itu untuk dan demi kehidupan riil dan material di dunia ataukah untuk kehidupan di akhirat kelak?

4. Siapakah hakikatnya yang bertanggung jawab atas pendidikan?Bagaimana hubungan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat, dan sekolah terhadap pendidikan?

5. Apakah hakikat kepribadian manusia itu?Manakah yang lebih untuk dididik; akal, perasaan, atau kemauannya, pendidikan jasmani atau mentalnya, pendidikan skill ataukah intelektualnya atau kesemuanya itu?

6. Apakah hakikat masyarakat dan bagaimana kedudukan individu dalam masyarakat? Apakah individu itu independen, ataukah dependen dalam masyarakat?
7. Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal? Apakah kurikulum itu mengutamakan pembinaan kepribadian?

8. Bagaimana metoda pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal?
Bagaimana kepemimpinannya dan pengaturan aspek-aspek sosial paedagogis lainnya?
9. Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi, apakah oleh Negara, ataukah swasta?


Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dijawab dengan analisa filsafat sebagai berikut:

1. Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang dibekali dengan berbagai kelebihan, di antaranya kemampuan berfikir, kemampuan berperasaan,

11

kemampuan mencari kebenaran, dan kemampuan lainnya.

Kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan berkembang apabila manusia tidak mendapatkan pendidikan.. Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.

2. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing. Sejak dahulu, disepakati bahwa dalam pribadi individu tumbuh atas dua kekuatan yaitu : kekuatan dari dalam (kemampuan-kemampuan dasar), Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan istilah “faktor dasar” dan kekuatan dari luar (faktor lingkungan), Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan istilah “faktor ajar”.
Teori konvergensi yang berpendapat bahwa kemampuan dasar dan faktor dari luar saling memberi pengaruh, kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Si pribadi terpengaruh lingkungan, dan lingkungan pun diubah oleh si pribadi. Faktor-faktor intern (dari dalam) berkembang dan hasil perkembangannya digunakan untuk mengembangkan pribadi di lingkungan. Factor dari luar dan lingkungan kadang tidak berkembang dengan baik, misalnya ketika pribadi terpengaruh oleh hal-hal negatif yang timbul dari luar dirinya.

3. Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.Secara sederhana Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar

12

oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan GBHN 1993, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam UUSPN dan PP No 29 Tahun 1990. selain pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan juga diperuntukkan guna pembinaan masyarakat.

Berikut adalah penjelasannya :

a. Pengembangan kehidupan sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk: 1) memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan, 2) membiasakan untuk berprilaku yang baik, 3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, 4) memelihara kesehatan jasmani dan rohani, 5) memberikan kemampuan untuk belajar, dan membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri.

b. Pengembangan kehidupan sebagai anggota masyarakat :1) memperkuat kesadaran hidup beragama dalam masyarakat, 2) menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam lingkungan hidup, 3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Pengembangan kehidupan sebagai warga Negara mencakup upaya untuk : 1) mengembangkan perhatian dan pengetahuan hak dan kewajiban sebagai warga Negara RI, 2) menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan Negara,

13

3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

d. Pengembangan kehidupan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk : 1) meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, 2) meningkatkan kesadaran tentang HAM, 3) memberikan pengertian tentang ketertiban dunia, 4) meningkatkan kesadaran tentang pentingnya persahabatan antar bangsa, 5) mempersiapkan peserta didik untuk menguasai isi kurikulum.Pembinaan tersebut pada dasarnya dipersiapkan untuk kehidupan riil dan material di dunia serta kehidupan di akhirat kelak.

4. Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan.Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak. Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia, secara kodrat bertugas mendidik anak. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di keluarga akan sangat membekas dalam diri individu setelah individu makin tumbuh berkembang. Selanjutnya pengaruh dari sekolah dan masyarakat yang akan tertanam dalam diri anak.
5. Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang berasal dari kata persona (bahasa Latin yang berarti kedok/ topeng) yang maksudnya menggambarkan perilaku, watak/ pribadi seseorang. Hal itu dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri yang khas yang dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik ataupun yang kurang baik.Kepribadian adalah suatu totalitas psikophisis yang kompleks dari individu sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik. Hal-hal yang ada pada diri individu atau pribadi manusia pada dasarnya harus mendapatkan pendidikan, yakni akal, perasaan, kemauan, pendidikan jasmani atau mental, kemampuan atau keterampilan, serta intelektualnya. Semua hal tersebut dididik guna mencapai kepribadian yang baik.

6. Masyarakat merupakan tempat kedua bagi individu dalam berinteraksi. Karena keluarga terdapat dan berkumpul dalam suatu masyarakat. Secara sadar atau tidak

14

keadaan masyarakat cukup memberi pengaruh kepada kepribadian seseorang. Kedudukan individu dalam masyarakat merupakan kondisi atau situasi yang tidak dapat dihindari karena individu juga merupakan makhluk social yang pasti membutuhkan manusia lain dalam hidupnya. Artinya, individu itu dependen dalam masyarakat.
7. Kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal adalah kurikulum yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman. Kurikulum menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang normal. Pembinaan kepribadian merupakan kajian utama kurikulum. Materi program berupa kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan self-esteem, motivasi berprestasi, kemampuan pemecahan masalah perumusan tujuan, perencanaan, efektifitas, hubungan antar pribadi, keterampilan berkomunikasi, keefektifan lintas budaya, dan perilaku yang bertanggung jawab.

8. Metode pendidikan sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pendidikan yang ideal. Metode yang tepat jika mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Guru sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab untuk memilih, menggunakan dan memberikan metode yang efektif dalam mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum. Kepemimpinan dan pengaturan aspek-aspek paedagogis harus dilakukan para pelaku pendidikan guna memperlancar proses tercapainya tujuan pendidikan yang ideal.
9. Pengertian-pengertian :

a. Sentralisasi, yaitu wewenang mengenai segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan diatur oleh pemerintah pusat.

b. Desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dan pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Otonomi Daerah, yaitu kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pengamatan penyusun, asas penyelenggaraan pendidikan yang baik yaitu dengan otonomi, yakni segala sesuatu yang berhubungan dengan terselenggaranya

15

proses pendidikan diatur dan dilaksanakan oleh daerah otonom berdasarkan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat, sehingga kelak para pelaku pendidikan mampu mengembangkan segala kompetensi di daerah tempat mereka hidup.

C. FILOSOFI PENDIDIKAN

Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.

Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, “Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya.”

Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam — sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka — walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Kualitas pendidikan

Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan khususnya di Indonesia yaitu:

1. Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.

2. Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.

16

D. JADILAH GURU YANG BAIK (Tujuh Hukum Mengajar)

John Milthon Gregory merupakan penulis buku yang terkenal tentang Tujuh Hukum Mengajar. Inilah beberapa petunjuk yang perlu dipersiapkan oleh seorang guru yang baik.

1. Persiapkan bahan pelajaran dengan mempelajarinya berulang-ulang. Jangan mengandalkan bahwa kita sudah pernah mempelajarinya karena apa yang kita ketahui dahulu pasti sebagian sudah terhapus dari ingatan kita.

2. Carilah urutan yang logis dari tiap bagian dalam pelajaran yang dipersiapkan tersebut. Setiap pelajaran selalu berangkat dari pengertian-pengertian dasar yang sederhana baru ke tingkat pengertian yang tinggi. Pelajari urut-urutan yang logis dari pelajaran yang dipersiapkan tersebut sampai terwujud suatu pengertian yang dapat saudara uraikan dengan kata-kata sendiri.

3. Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip abstrak.

4. Carilah hubungan antara apa yang diajarkan dan kehidupan sehari-hari siswa. Hubungan-hubungan inilah yang akan menentukan nilai praktis penerapan dari pelajaran itu.

5. Gunakan sebanyak mungkin sumber referensi berupa buku-buku atau bahan-bahan yang sesuai, tetapi pahami dahulu sebaik-baiknya sebelum menyampaikan kepada siswa.

6. Harap diingat bahwa lebih baik mengerti sedikit, tetapi benar-benar mantap daripada mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.

7. Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum berdiri di depan kelas. Dengan persiapan matang, kita akan semakin menguasai pengetahuan dan gambaran apa yang diajarkan akan semakin jelas.

17

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Kita sangat perlu mempelajari teori pendidikan karna yang kita hadapi adalah manusia.
• Manfaat mempelajari teori pendidikan :

a. Untuk memberi arah serta tujuan yang akan dicapai.

b. Untuk memperkecil kesalahan dalam praktek.

c. Berfungsi sebagai tolak ukur

• Konsepsi dasar tentang pendidikan :

a. Bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup.

b. Bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama.

c. Pendidikan merupakan suatu keharusan.

• Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logi) dengan bebas dan dengan sedalam-dalamnya hingga sampai kedasar-dasar persoalannya.

• Pendekatan filsafat pendidikan :

1.Pendekatan tradisional.

2. Pendekatan bersifat kritis

Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan

18

untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.
Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing.

Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan. Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak.

Tujuh hukum mengajar menurut John Milthon Gregory, yaitu :

1. Persiapkan bahan pelajaran dengan mempelajarinya berulang-ulang.

2. Carilah urutan yang logis dari tiap bagian dalam pelajaran yang dipersiapkan tersebut.

3. Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip abstrak.

4. Carilah hubungan antara apa yang diajarkan dan kehidupan sehari-hari siswa.

5. Gunakan sebanyak mungkin sumber referensi berupa buku-buku atau bahan-bahan yang sesuai, tetapi pahami dahulu sebaik-baiknya sebelum menyampaikan kepada siswa.

6. Harap diingat bahwa lebih baik mengerti sedikit, tetapi benar-benar mantap daripada mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.

7. Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum berdiri di depan kelas.

19

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sujanto, Halem Lubis, Taufik Hadi. (2004 ) Psikologi Kepribadian. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Al-Husna Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu I. (Diktat Kuliah). Bandung:UPI Bandung.

Drs.H.Hamdani Ihsan dan Drs.H.A.Fuad Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Setia. Bandung.

Furqon,Ph.D . 2005 Konsep dan Aplikasi Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar. Pustaka Bani Quraisy. Bandung

Hasan Langgulung, 1986. Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta : Pustka

I.M. Thoyib, Sugiyanto. 2002. Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Marimba, Ahmad D., 1980. Pengantar Filsafat Pendidikan. Cet .IV. Bandung, Al-Maarief.

Surabaya, Jawa Timur arrived from google.co.id on "MAKALAH ILMU PENDIDIKAN TENTANG ANALISA FILSAFAT DAN MASALAH KEPENDIDIKAN".

Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek

20


Tidak ada komentar: